Rabu, 04 April 2018

Akhir Dari sebuah cerita


Oleh : Arvita Mahatvarvirya



Deru suara ombak begitu syahdu menemaniku di kala senja.entah sudah berapa lama aku berada di pantai ini. Aku tak lagi perduli. Masih ku ingat dengan jelas awal aku mengenal dia,dan akun masih mengingat dengan jelas saat dia pergi meninggalkan ku untuk selamanya.

###

Lima tahun yang lalu...

"Indah, kamu nanti malam berpasangan dengan Kak Bhakti."

"Siap pelatih."

Saat itu aku mengikuti kegiatan MADABINTAL di sekolahku,saat itu aku baru mengijak kelas satu SMK Pelayaran. Pelatih mengatakan bahwa aku akan berpasangan dengan senior satu tingkat di atasku.malam nanti kami akan mengadakan jelajah malam atau jerit malam.

"Ndah,asik banget kamu berpasangan dengan Kak Bhakti." Safitri, teman satu tingkat ku merasa iri karna aku berpasangan dengan Kak Bhakti.

"Ahh biasa aja ko Fit, malah aku belum kenal loh yang mana namanya Bhakti? "

Sejujurnya memang aku belum mengenal sosok Kak Bhakti yg akan berpasangan dengan ku nanti malam.ada rasa penasaran terselip di hatiku seperti apakah lelaki yang bernama Bhakti Ikrar Prawira tersebut.
Tepat pukul sebelas malam, kami di kumpulkan di tengah lapangan oleh pelatih. Kami di berikan pengarahan sebelum melaksanakan jerit malam. Saat pengarahan tersebut,aku masih belum menemukan lelaki bernama Bhakti tersebut.

"Baiklah untuk kalian adik-adik selamat menjalankan tradisi jerit malam. Waasalammualaikum warohmatullohiwabarokatuh. "

Demikian pelatih menutup pengarahan itu dengan salam. Selanjutnya barisan kami di pecah sesuai pasangan. Dan di situlah aku mengenal sekaligus melihat sosok Bhakti Ikrar Prawira.
Kami memulai perjalanan jerit malam. Saat itu tepat pukul dua belas malam. Entah apa maksud dari jerit malam ini pun aku masih tak mengerti.
"Waaaaaaaaaaaaa....... "
Aku terkejut melihat bayangan yang sekilas mirip pocong tersebut. Secara refleks aku memegang tangan Kak Bhakti.
"Aduh, triakannya nyaring banget Dek."
"Maaf ya Kak, aku takut beneran. "
"Nggak papa ko Dek. "
walaupun gelap aku melihat dia tersenyum kepada ku, sambil terus memegang telapak tangan ku.
"Namanya siapa Dek? "
"ASTAGFIRULLAH..... ALLAHUAKBAR... LAILLAHAILLALLAH................"
Kali ini aku membenamkan muka ku pada bahu Kak Bhakti. Aroma farhumnya yang wangi membuat ku tak menyesal berpasangan dengannya pada acara jerit malam ini.
"Kamu penakut banget Dek. "
"Aduh kak maaf, itu Mbak kunti nakutin.. Lari aja yuk Kak. "
"Aduh Dek, itu yang kamu liat cuma pelatih yang nakut-nakutin kita. "
"Kak, nggak mungkin kalau pelatih. Mbak kuntinya tuh tadi ada di kuburan itu lagi ngeliatin aku. "
Aku masih saja beranggapan bahwa itu adalah hantu sungguhan.
"Ya uda sinih ngumpet aja di belakang aku, atau kamu jalannya di depan ku, Dek. "
Karena ketakutan, aku lupa kalau pria itu menanyakan nama ku.
Sepanjang perjalanan jerit malam, aku terus saja memegang tangan Kak Bhakti dan sedikit pun tak ada penolakan darinya.
Akhirnya setelah satu setengah jam perjalanan,akhirnya kami tiba di pos awal dan acara jerit malam pun usai dengan di tutup oleh doa.


###


"Ndah, kamu di cariin Kak Bhakti. Tadi dia datang kesini. "
"Ada apa Fit?"
"Wah kurang tau aku Ndah, cuma tadi dia bilang,dia nunggu kamu di belakang barak. "
"Terimakasih Fit. "
Aku bergegas menuju belakang barak, dalam hati aku bertanya, ada apa, dan mengapa dia mencari ku?.
"Selamat siang..ijin menghadap senior. "
Kak Bhakti menoleh ke arah ku dan ia tersenyum dengan begitu manisnya. Pantas saja jika seluruh teman ku merasa iri dengan ku,saat aku berpasangan dengannya tadi malam.rupanya Kak Bhakti memang sungguh tampan.
"Kakak, ada apa ke barak? "
"Ahh tidak,aku hanya ingin bertemu kamu aja Dek."
"Saya ada salah apa ya Kak?"
"Hehehe santai aja, nggak ada apa -apa kok. "
Kami mengobrol dengan akrab, dan setiap hari pun begitu. Hingga suatu hari kami di berikan sangsi dari pelatih. Hukumannya jalan jongkok memutari stadion yang biasanya kami gunakan untuk ateletik.


###


Tak terasa waktu terus berlalu dan kini pun aku telah duduk di kelas dua. Dan Kak Bhakti pun sudah di kelas tiga. Siang itu kami sepakat untuk pulang sekolah bersama.walaupun aku dan Kak Bhakti tanpa ada ikatan apapun,tapi kami saling menyangi.
Ditengah terik panasnya matahari, kami berjalan menelusuri jalan yang menghubungkan pada rumah kami masing-masing, dan kebetulan pun rumah ku dengan rumahnya tak begitu jauh,hanya berjarak kurang lebih limaratus meter.
"Ndah, setelah lulus nanti kamu mau lanjut kemana? "
"Insya allah lanjut ke AIP Kak. Kalau Kakak sendiri?"
"Aku rencana mau masuk Angkatan Laut ndah,doain aku ya."
"Semoga terkabul ya Kak."
"Amin Ndah,semoga kamu sukses jadi pelautnya. "
"Amin... "


###


Kak Bhakti mulai sibuk dengan segala tray out sebelum benar-benar menghadapi UN. Dan hampir tiap hari pula aku menemaninya di perpustakaan untuk belajar. Suatu siang di tengah pembicaraan kami,entah mengapa dia bertanya tentang siapa pria yang ku suka. Aku tersentak mendengar pertanyaannya. Tidakkah dia rasakan aku menyukainya?
"Ada deh Kak.. Tapi,aku nggak tau juga deh, dia suka juga nggak ya sama aku? "
"Memangnya kamu belum pernah ungkapin perasaan kamu ke dia Dek?"
"Belum Kak. nggak berani, takut di tolak hehehe. "
"Ndah,kalau aku daftar tentara nanti, apa kamu bersedia menunggu aku? "
Mendengar pertanyaannya hati ku sangat bahagia, entah mengapa aku bahagia? Dia meminta ku untuk menunggunya.aku tak pernah menyangka ini sebelumnya.
"Indah Kusumaningrum... "
Entah berapa lama aku termenung untuk mencerna ucapannya, sampai suara khas milik Kak Bhakti membuat ku terkejut dan tersadar dari lamunku.
"Ehh iya Kak, ada apa Kak? "
"Kok kamu bengong si Ndah? "
"Kak. maaf, maksud ucapan kakak yang tadi apa ya?, kenapa aku harus menunggu kakak? "
Kak Bhakti menarik nafas dengan kasar, sepertinya dia gemas dengan ku.
"Ndah, aku jatuh cinta pada mu. Tapi sebelum aku mencintaimu, aku lebih dulu mencintai Ibu Pertiwi.jadi ku mohon,tunggu aku pulang Ndah. "
Tak dapat ku lukiskan bagamana bahagia ku saat itu, inikah cinta ku, cinta ku tak bertepuk sebelah tangan.
"Iya Kak, aku janji akan menunggu Kakak pulang dengan menggunakan seragam loreng kebanggan Kakak."
Dia memegang tangan ku erat, seperti dahulu pertama kali kami di pertemukan.


###


Hari itu di bulan Maret,Kak Bhakti menghadapi Ujian Negara. Setelah ujian selesai, Kak Bhakti harus bersiap menghadapi tes Bintara TNI AL. Sebelumnya Kak Bhakti sudah mendaftar secara online.
Selama tiga hari kedepan kami sepakat untuk tidak bertemu. Kami lakukan itu agar Kak Bhakti berkonsentrasi dengan ujiannya. Cita-citanya sudah di depan mata. Tiga hari tidaklah lama bagiku. Dalam hati, aku berjanji untuk terus mendukungnya, baik senang maupun duka, aku akan tetap berada di sampingnya. Akan ku antarkan dia ke gerbang mimpinya, dan akan ku tunggu dia dalam keadaan apapun.
Tak terasa waktu terus berputar.tanpa terasa ujian Kak Bhakti pun selesai.
"Dek, besok anterin aku ke lanal ya, ngantar berkas dan ngambil nomer perserta."
"Iya Kak, jam berapa? "
"Pagi,jam tujuh kamu siap-siap aja ya."
Rona bahagia terpancar dari wajahnya, walaupun belum menerima hasil kelulusan, Kak Bhakti menggunakan surat izin dari Kepala Sekolah.
Pagi itu di awal bulan april, aku mengantarnya ke lanal yang bertempat di KM 10 panjang, bandar lampung. Dengan langkah pasti tanpa keraguan Kak Bhakti melangkahkan kakinya memasuki lanal, sementara aku meunggu dari jarak jauh. Setelah beberapa saat Kak Bhakti kembali menemui ku,dan kami pun kembali pulang.


###


Saat itu di minggu yang cerah, aku menemani Kak Bhakti latihan lari di stadion yang dulu selalu kami gunakan untuk kegiatan olahraga sekolah. Selama kurang lebih satu bulan ini, aku tak pernah absen menemaninya latihan fisik. Aku melakukannya dengan senang hati dan juga untuk menyemangatinya.
Aku tak pernah meninggalkannya sedirian, di tengah panas terik matahari, aku selalu ada di sampingnya. Itulah cinta kami yang indah.


###


Akhirnya tibalah waktu yang di nanti. Kak Bhakti segera mengikuti tes sleksi bintara AL.tes demi tes di laluinya dengan mudah tanpa ada satu kendala apapun. Seolah Tuhan memang merestui cita-cita Kak Bhakti.dan kini tibalah saatnya pengumuman kelulusan. Dengan hati berdebar aku menunggunya untuk mendapatkan hasil gembira.dari jarak sepuluh langkah,aku melihatnya dengan uraian air mata.
"Oh Tuhanku ada apa dengan nya,mengapa air matanya tumpah?"
Semakin dekat ia berjalan kearah ku,air matanya semakin deras. Aku tak kuasa melihatnya seperti itu.
"Dek.."
Belum sempat aku menjawab,tangannya yang kekar menarik tubuh mungil ku ke dalam pelukannya.
"Nggak papa Kak,tahun depan kita coba lagi."
Aku sudah siap untuk menghiburnya,sudah ku katakan bahwa aku takkan pernah untuk meninggalkan nya dalam keadaan apapun.
Dan tiba-tiba saja tangisnya pecah seketika aku mengucapkan kata terakhirku.
"Dek,aku lulus...."
"ALHAMDULILLAH YA ALLAH.. "
Aku berteriak tanpa sadar,aku tak peduli dengan sekeliling ku.kebahagiaan ku sungguh tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata.tak sia-sia usahanya selama ini,hujan dan panas di jalaninya demi sebuah baju loreng dan pangkat bengkok kuningnya.aku bangga padanya.


###


Dan kini tiba saatnya aku melepasnya untuk pendidikan di Surabaya.kurang lebih tujuh atau sembilan bulan aku akan berpisah dengannya untuk sementara waktu.
Pagi itu aku mengantarnya lagi Untuk menuju ke Surabaya. Dengan rasa haru dan rasa bangga aku melepasnya. Sekali lagi aku mengucapkan syukur yang tak terhingga kepada sang maha pencipta. Atas campur tangan nya lah kekasih ku dapat melewati Serangkaian yang tidak lah mudah untuk lalui.
Setelah kepergiannya ke Surabaya aku menjalankannya aktivitasku seperti biasa,dengan sekolah dan berolahraga. Ketika rindu dengannya aku selalu mendatangi stadion tempat Kak Bhakti berolahraga dulu,dan tempat - tempat bersejarah kami lainya.
Saat ini aku sedang di sibukkan dengan ujian kenaikan kelas yang sudah di depan mata,itu artinya sudah dua bulan Kak Bhakti menjalankannya pendidikan nya yang katanya ada di Surabaya.


###


Aku menjalankan hari-hari ku tanpa nya ada di dekatku.tak jarang aku menangis jika merindukannya.aku terus menghitung hari, menunggunya pulang dengan seragam impiannya.
Bulan itu,bulan September tepat ulang tahunnya.tanggal empat belas September aku merayakannya seorang diri,dengan di temani oleh bingkai foto yang berhiaskan dirinya dengan senyum yang menawan,aku meniupkan lilin pada kue yang ku beri lilin angka sembilan belas di atasnya.
"Selamat ulang tahun kesatria ku."
Aku menangis menahan rinduku,ingin ku dengar suaranya saat itu juga.namun apa dayaku,aku harus menahan rinduku sampai tiba waktu nanti.Aku yakinkan hati ku,bahwa aku harus kuat.



* Bersambung ......*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar